Minggu ini saya berencana untuk memodifikasi sebuah kendaraan listrik di tempat saya bekerja. Modifikasi yang dilakukan adalah mengganti baterai dry cell tipe deep drain yang biasa dipakai pada sepeda motor listrik di tempat saya bekerja dengan baterai lithium ion 18650.
Permasalahan yang muncul adalah baterai lithium ion tidak dirancang untuk dapat disolder. setelah beberapa kali percobaan membuat baterai pack dengan cara menyolder secara manual, saya sangat tidak senang dengan hasilnya. sangat tidak keren.
baterai lithium ion yang saat ini kita persiapkan memiliki spesifikasi tegangan 3.7V namun memiliki kapasitas yang berbeda. mengenai cara penataan battery pack akan saya bahas pada posting saya selanjutnya.
Apapun yang terjadi baterai harus dirangkai dengan susunan seri dan parallel sehingga tercapai tegangan 48V dan kapasitas 100Ah. Salah satu cara menyambungkan beberapa baterai tersebut adalah dengan spot welding. Spot welding adalah salah satu cara menyambungkan baterai dengan mengelas kutub kutub baterai dengan lempeng logam yang biasa disebut battery tabbing.
Spot welding tidak memerlukan tegangan yang besar. menurut literature yang saya baca, tegangan yang diperlukan untuk spot welding material sheet metal 0.8mm adalah 5v tapi arusnya 240Ampere. dikarenakan plat yang akan saya solder adalah plat untuk baterai yang ketebalanya cuma 0.2mm maka saya pakai tegangan 2.5v saja dengan arus 240Ampere.
Di tempat kami tidak memiliki alat untuk spot welding. Saya lihat lihat di tokopedia kalo mau beli alat inipun harganya muahal. ada sih alat yang itu tuhh pakai relay dijual 120 ribuan terus disambung aki, tapi kita tidak suka.
sebenernya masalah akan menjadi mudah jika ada trafo toroid tapi yang coreless. Dan beruntunglah kami karena di tempat kami ada barang tersebut. Namun demikian ada satu masalah lagi… trafo tersebut sudah terpasang di mobil listrik kami. Ya... mobil listrik… tapi akan saya bahas di post saya selanjutnya.
Akhirnya saya mengontak manager project mobil listrik yang juga sahabat saya. Paman manager mau meminjamkan trafo toroid yang terbenam didalam mobil listrik kami namun perlu upaya yang akah berat untuk melepas benda ini.
Toroid sudah sampai di tangan. Trafo ini memiliki kumparan primer yang terhubung pada tegangan 220v dan kumparan sekunder menghasilkan 60V. Saya tidak pakai yang 60V melainkan membuat kumparan sekunder kedua yang hanya satu lilit saja dengan kabel berdiameter 25 mm (NYMHY 2.5x4). sebenarnya sih ini 4 kabel yang dijadikan satu.
saya memilih kabel ini karena kontaktor yang kami punya memiliki Imax 40A per contact. jadi saya pakai 4 kontak parallel. meskipun bias tapi ini sangat tidak disarankan. pengukuran menunjukkan tegangan keluaran trafo sebesar 2.5V-3.5V. Jika tegangan lebih tinggi dari ini akan sering muncul percikan bunga api seperti kalua pakai aki. Gak keren.
Permasalahan yang muncul adalah baterai lithium ion tidak dirancang untuk dapat disolder. setelah beberapa kali percobaan membuat baterai pack dengan cara menyolder secara manual, saya sangat tidak senang dengan hasilnya. sangat tidak keren.
baterai lithium ion yang saat ini kita persiapkan memiliki spesifikasi tegangan 3.7V namun memiliki kapasitas yang berbeda. mengenai cara penataan battery pack akan saya bahas pada posting saya selanjutnya.
Apapun yang terjadi baterai harus dirangkai dengan susunan seri dan parallel sehingga tercapai tegangan 48V dan kapasitas 100Ah. Salah satu cara menyambungkan beberapa baterai tersebut adalah dengan spot welding. Spot welding adalah salah satu cara menyambungkan baterai dengan mengelas kutub kutub baterai dengan lempeng logam yang biasa disebut battery tabbing.
Spot welding tidak memerlukan tegangan yang besar. menurut literature yang saya baca, tegangan yang diperlukan untuk spot welding material sheet metal 0.8mm adalah 5v tapi arusnya 240Ampere. dikarenakan plat yang akan saya solder adalah plat untuk baterai yang ketebalanya cuma 0.2mm maka saya pakai tegangan 2.5v saja dengan arus 240Ampere.
Di tempat kami tidak memiliki alat untuk spot welding. Saya lihat lihat di tokopedia kalo mau beli alat inipun harganya muahal. ada sih alat yang itu tuhh pakai relay dijual 120 ribuan terus disambung aki, tapi kita tidak suka.
sebenernya masalah akan menjadi mudah jika ada trafo toroid tapi yang coreless. Dan beruntunglah kami karena di tempat kami ada barang tersebut. Namun demikian ada satu masalah lagi… trafo tersebut sudah terpasang di mobil listrik kami. Ya... mobil listrik… tapi akan saya bahas di post saya selanjutnya.
Akhirnya saya mengontak manager project mobil listrik yang juga sahabat saya. Paman manager mau meminjamkan trafo toroid yang terbenam didalam mobil listrik kami namun perlu upaya yang akah berat untuk melepas benda ini.
Toroid sudah sampai di tangan. Trafo ini memiliki kumparan primer yang terhubung pada tegangan 220v dan kumparan sekunder menghasilkan 60V. Saya tidak pakai yang 60V melainkan membuat kumparan sekunder kedua yang hanya satu lilit saja dengan kabel berdiameter 25 mm (NYMHY 2.5x4). sebenarnya sih ini 4 kabel yang dijadikan satu.
saya memilih kabel ini karena kontaktor yang kami punya memiliki Imax 40A per contact. jadi saya pakai 4 kontak parallel. meskipun bias tapi ini sangat tidak disarankan. pengukuran menunjukkan tegangan keluaran trafo sebesar 2.5V-3.5V. Jika tegangan lebih tinggi dari ini akan sering muncul percikan bunga api seperti kalua pakai aki. Gak keren.
Setelah beberapa kali melakukan eksperimen akhirnya berhasil pula membuat battery pack 48V.
Mantap Mas Bowo
ReplyDelete